GUNUNG SRANDIL & SELOK TEMPAT PESUGIHAN?
Isu yang berkembang di kalangan ritualis adalah apabila melakukan
ritual ke Gunung Srandil ataupun Gunung Selok, dalam penuh keberuntungan maka
ia akan segera kaya (sugih). Isu demikian menurut penulis adalah isu yang sama
sekali tidak tepat dan tidak dapat dipertanggung-jawabkan kenyataannya. Gunung
Srandil dan Selok bukanlah tempat untuk menjadikan kaya raya, dan Gunung
Srandil dan Selok juga bukan tempat bersarangnya jalan pintas untuk menaikkan
tahta, untuk mewujudkan semua keinginan, dan bukan tempat untuk mencari hal-hal
yang mengingkari garis hidup (kodrat).
Biasanya, ketika seseorang terdesak dengan permasalahan hidup dan
beranggapan sudah tidak mampu lagi untuk menghadapi, maka ia akan mencari
informasi tentang tempat-tempat ritual yang dapat memecahkan masalahnya. Atas
provokasi pihak-pihak yang tidak mempunyai dasar real (dasar yang sesungguhnya)
dan hanya untuk mencari keuntungannya saja, ia akan terpengaruh dengan ungkapan
– ungkapan yang bahwasanya setelah si A
ke sini (ke Gunung Srandil/ Selok), nyatanya ia jadi pejabat; setelah si B ke
sini, sekarang usahanya berkembang pesat; setelah si C ke sini, semua hutangnya
langsung terbayar; dan sebagainya.
Ungkapan-ungkapan demikian sungguh hanya ungkapan yang
dibesar-besarkan dan tidak dapat dibenarkan. Mengapa? Sebab, dengan
ungkapan-ungkapan seperti itu, maka spiritual yang sesungguhnya di Gunung
Srandil dan Selok akan terkikis dan tergantikan dengan spiritual yang tidak berbobot
kemuliaan hidup. Lalu, yang dapat terjadi adalah pola Spiritual Jawa, bahkan
Budaya Adiluhung Jawa sekalipun akan dikenal sebagai spiritual dan budaya yang
tidak sesuai kehendak Tuhan. Apakah anda rela jika budaya kita sendiri
dikatakan demikian? Sungguh, setahu kami Budaya Adiluhung Jawa adalah budaya
yang menyimpan nilai-nilai luhur (tinggi), penuh kemuliaan, dan satu-satunya
budaya di dunia yang mengulas tentang kasampurnan.
Maka dari itu, berdasarkan kepada penghayatan atas kebesaran Tuhan
Yang Maha Esa, penulis pun menyatakan bahwa sesungguhnya Gunung Srandil dan
Selok bukanlah tempat kemusyrikan. Sebab, Gunung Srandil dan Selok sesungguhnya
adalah tempat penghayatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang terbuka bagi siapa
saja yang mau melaksanakannya tanpa memandang suku, ras, atau paham
ketuhanannya (agamanya).
Hal-hal mengenai keberuntungan yang didapatkan setelah ritual di Gunung
Srandil atau pun Selok adalah tergantung tingkat kekhusyukan dalam berdoanya
manusia itu sendiri. Karena tidak jarang pula yang setelah datang ke Gunung
Srandil dan Selok maka kondisinya tetap saja bahkan cenderung memburuk. Yang
jelas, tingkat kesuksesan harta seseorang tidak ada kaitannya dengan Gunung
Srandil dan Selok. Jangan sampai jalan hidup kita jauh dari kehendak Tuhan
hanya karena niat hidup yang tidak sesuai dengan jalan yang dikehendaki Tuhan.
Orang-orang dahulu (terutama Para Pemimpin Nusantara, atau
orang-orang khusus yang terkodrat), dalam ritual di Gunung Srandil dan Selok
tidaklah untuk mencari jabatan dan tidak pula untuk mencari kekayaan dan mereka
pun bukan berniat untuk mewujudkan semua keinginannya dengan jalan ritual di Gunung
Srandil dan Selok. Justru orang-orang terdahulu adalah orang-orang yang penuh
kesederhanaan dan setiap waktunya selalu dimanfaatkan untuk memikirkan hajat
hidup orang banyak. Beliau-beliau tersebut bisa dikatakan adalah golongan
orang-orang yang sudah tahu akan apa yang terjadi pada dirinya. Sedangkan
ritualnya, beliau hanya menepati atas apa yang disarankan dan dianjurkan
padanya serta atas dasar petunjuk yang real.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete